Krembangan – Pemerintah Kalurahan Krembangan Kembali menyelenggarakan rapat koordinasi Kader Posyandu pada hari Senin, 22 April 2024. Bertempat di Ruang Rapat Kalurahan Krembangan, kegiatan ini dihadiri oleh Kamituwa Kalurahan Krembangan, 60 Kader Posyandu Kalurahan Krembangan dan perwakilan dari Puskesmas Panjatan I.
Hal-hal yang menjadi pembahasan dalam rapat koordinasi kader bulan April ini diantaranya :
- Integrasi Layanan Primer (ILP) yang akan dilaksanakan di Kalurahan Krembangan mulai tahun 2024 ini berupa melaksanakan skrining, kunjungan ke rumah, kemudian berobat ke Pustu/Puskesmas.
- Adanya kasus kematian bayi yang masih berada dalam kandungan, ternyata ibu hamil mengalami hipertensi.
- Banyaknya kasus PTM (Penyakit Tidak Menular) yang dialami warga dalam area Kapanewon Panjatan. Kasus terbanyak adalah hipertensi dan diabet / gula.
- Naiknya kembali kasus DB (Demam Berdarah). Ditemukan 10 orang yang positif DB di salah satu daerah. Hal ini patut menjadikan kita waspada, berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah dengan cara menjaga kebersihan dan kesehatan kita.
Dikutip dari Kemenkes Ditjen P2P tercatat per 1 Maret 2024 terdapat hampir 16.000 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di 213 Kabupaten/Kota di Indonesia dengan 124 kematian. Masyarakat juga perlu waspada dengan terjadinya syok pada DBD yang bisa berujung kematian. Syok dapat terjadi arena penderita DBD terlambat mendapatkan penanganan, termasuk kurangnya kewaspadaan terhadap tanda-tanda syok ini.
Tanda-tanda Dengue Shock Syndrome (DSS) :
-
- Muntah terus-menerus
- Nyeri perut hebat
- Kaki dan tangan (akral) pucat
- Dingin dan lembab
- Nadi melemah
- Lesu, gelisah
- Pendarahan
- Jumlah urin menurun
- Waspada Bakteri Leptospira penyebab Leptospirosis.
Bakteri Leptospira ini dapat menyebar melalui urin atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang bisa menjadi perantara penyebaran Leptospirosis adalah tikus, sapi, kuda, anjing, dan babi.
Di Indonesia Leptospirosis disebarkan (terutama) oleh tikus yang melepaskan bakteri melalui urin ke lingkungan. Manusia memiliki risiko tinggi terpapar Leptospirosis karena pekerjaannya, lingkungan tempat tinggal atau gaya hidup. Petani atau pekerja perkebunan, petugas pet shop, peternak, petugas pembersih saluran air, pekerja pemotongan hewan, pengolah daging dan militer memiliki risiko tinggi tertular Leptospirosis. Risiko tinggi terinfeksi Leptospirosis juga terjadi saat ada bencana banjir dan peningkatan jumlah manusia yang melakukan olahraga rekreasi air.
Hal-hal yang perlu dilakukan Masyarakat untuk kewaspadaan Leptospirosis adalah :
-
- Minimalisir penumpukan sampah yang akan mengundang tikus.
- Warga dan pekerja yang bekerja ‘erat’ dengan sampah selalu menggunakan pelindung diri (sarung tangan dan sepatu boots) untuk menghindari paparan pada kulit. Diantaranya saat beraktifitas di sawah, selokan, bersih-bersih kebun dan lainnya.
- Menutup luka dengan plester tahan air, terutama sebelum kontak dengan air di alam bebas.
- Menghindari kontak langsung dengan air yang terkontaminasi, seperti berenang atau berendam.
- Cuci tangan dan bersih-bersih setelah beraktifitas di tempat berisiko terjadinya penularan Leptospirosis (melakukan prinsip PHBS)
- Mengonsumsi air minum yang sudah terjamin kebersihannya.
- Menjaga kebersihan lingkungan.
- Melakukan vaksinasi hewan peliharaan atau ternak.
- Jika merasakan sakit atau gejala demam, nyeri sendi, pusing, nyeri otot, terutama bagian betis , mata kuning, bahkan tidak kencing sampai 6 jam setelah 2-5 hari sebelumnya, melakukan pekerjaan yang berisiko terpapar (terkena) urine tikus, segera periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan atau puskesmas terdekat. ~Rf